Matahari tlah kembali dedari tadi
Lama ku berdiri menanti rembulan di sini
Tak peduli meski sepi mengunci Perlahan gelap merayap teramat pekat
Pijar bintang terlihat lamat-lamat
Hening mengusik sebuah hasrat
Dirimu di hatiku masih lekat Seperti malam ini aku menanti
Tak peduli hari kan berganti seribu kali
Penyesalan yang kau rasakan.
Menyelinap disetiap hening malam.
Kan kau anggap sebagai hukuman.
Pedihnya... mengorek setiap jengkal ingatan.
Jalan setapak
Dalam gelap berpeluh asap
Polesan kemunafikan mengulum ragaku
Tanpa sempat
Sedikit menguak kala ku beranjak
gelap merayap, merebut hari...
Aku tetap merangkak dalam perih
Yakin saja titik cahaya itu ada untuk kita
Walau peluhnya semakin membuat perih
Selasa, 14 Juli 2009
Kamis, 02 Juli 2009
RENJANA DALAM JELAGA
Berdesir dalam maya
Aku termakan kata
Hingga merana
Meradang dalam jelaga
Menggelayut dalam malam
Tercipta rasa yang tak biasa
Asmara memenuhi nada-nada
Aku menghindar
justru tersungkur jatuh di dasarnya
Memintal romansa malam
Saat bulan belum purnama
Buyar di sudut mata
Terang benderang di puri bathin
Menunggu renjana di sudut kata
Menggelepar di bawah jingga
Terlena dalam sayatan
Tetapi aku menikmatinya
Hadirmu menghujam jiwaku yang lelah
Menantingku, mengajakku berdansa
Dalam genangan air mata
..........................terjerat renjana pada akhirnya
Aku termakan kata
Hingga merana
Meradang dalam jelaga
Menggelayut dalam malam
Tercipta rasa yang tak biasa
Asmara memenuhi nada-nada
Aku menghindar
justru tersungkur jatuh di dasarnya
Memintal romansa malam
Saat bulan belum purnama
Buyar di sudut mata
Terang benderang di puri bathin
Menunggu renjana di sudut kata
Menggelepar di bawah jingga
Terlena dalam sayatan
Tetapi aku menikmatinya
Hadirmu menghujam jiwaku yang lelah
Menantingku, mengajakku berdansa
Dalam genangan air mata
..........................terjerat renjana pada akhirnya
Langganan:
Postingan (Atom)